3.1. Latar Belakang
Kultur Jaringan
Menurut (Suryowinoto,
1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel cultuus atau gewebe kultur Kultur adalah budidaya dan Jaringan adalah suatu
metode penanaman protoplas, sel, jaringan, dan organ pada media buatan dalam
kondisi aseptik sehingga dapat menjadi tanaman lengkap.
Subkultur/multiplikasi/penyapihan
merupakan salah satu aplikasi kultur jaringan yang telah dikenal secara meluas
dan telah banyak diusahakan untuk tujuan komersial. Perbanyakan melalui kultur
jaringan yang banyak diusahakan secara komersial pada saat ini terutama di
negara-negara maju seperti Amerik, Jepang, dan Eropa.
Benih yang dihasilkan dari kultur
jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain mempunyai sifat yang
identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga
tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan benih dengan jumlah
besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu benih lebih terjamin,
kecepatan tumbuh benih lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan
konvensional.
Pekerjaan kultur jaringan meliputi;
persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi
eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke
lapangan. Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap
tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar
pengetahuan tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar